Sunday, November 19, 2017

Socrates (469/470 SM–399 SM)

Sumber: media1.britannica.com, upload.wikimedia.org,
www.ancient-origins.net

Socrates dilahirkan di Deme Alopece, Athena, Yunani, pada tahun 469 SM­/470 SM dan wafat pada tahun 399 SM. Socrates merupakan filsuf yang dianggap salah satu figur yang paling penting dan paling berpengaruh dalam tradisi filsafat Barat. Ia merupakan generasi pertama dari trio filsafat agung Yunani: Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Socrates merupakan guru Plato. Setelah mapan, Plato sendiri kemudian menjadi guru bagi Aristoteles. Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulis apa pun. Sebagian besar pemikirannya dikemukakan secara lisan kepada sang murid, Plato. Oleh karena itu, sumber utama mengenai gagasan-gagasan Socrates berasal dari karya-karya tulis Plato, seperti Xenophone, Apologi, dan Phaedrus.
Socrates menikah dengan perempuan bernama Xantippe. Pernikahannya membuahkan tiga orang anak. Menurut perkiraan, Socrates berayahkan seorang pemahat patung batu (stone mason) yang bernama Sophroniskos. Adapun ibunya yang bernama Phainarete memiliki pekerjaan sebagai bidan.
Banyak literatur menyatakan bahwa Socrates merupakan filsuf yang mulia dan terhormat. Ia dikenal memiliki budi pekerti yang terpuji, berusaha patuh pada hukum, dan percaya pada keadilan. Socrates juga percaya dan meyakini bahwa kebajikan merupakan pengetahuan.
Kebersahajaan merupakan salah satu ciri penting dari figur Socrates. Ia dikenal sebagai pria yang tidak tampan, berpakaian sederhana, dan bepergian ke mana-mana tanpa alas kaki. Ia rajin mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi tentang  filsafat.
Kebiasaan Socrates berkelilingi untuk berdiskusi pada mulanya didorong oleh keinginan untuk membuktikan ketidakbenaran suara gaib yang didengar salah satu kawannya ––  suara gaib itu menyatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Socrates sebelumnya tidak pernah mengklaim bahwa dirinya orang bijak serta pada dasarnya tidak pula merasa bahwa dirinya orang bijak. Oleh sebab itu, Socrates menganggap bahwa suara gaib yang didengar kawannya itu keliru. Untuk membuktikan kekeliruan itu, ia berkeliling mendatangi orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat untuk diajak bertukar pikiran (diskusi).
Suatu kesimpulan yang agak aneh kemudian diambil Socrates. Ia akhirnya menyatakan bahwa suara gaib tersebut benar. Namun, landasan berpikir yang digunakannya agak ironis, yakni berangkat dari pengertian bahwa ia merupakan orang yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa ia tidak bijaksana. Jadi, ia merupakan orang yang bijak justru karena ia paham bahwa dirinya sesungguhnya tidaklah bijak. Adapun mereka yang merasa bijak sebenarnya justru tidaklah bijak karena mereka tidak tahu bahwa mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsat Socrates yang semacam itu menyebabkan munculnya rasa sakit hati dan antipati kaum elite Athena terhadap Socrates, tetapi di sisi lain ia justru banyak mendapatkan pengikut dari kalangan kaum muda. Metode Socrates tersebut kemudian memperlihatkan bahwa mereka (terutama kaum elite Kota Athena) yang dianggap bijak oleh masyarakat justru ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati terhadap Socrates akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan rekayasa terhadap Socrates bahwa ia dianggap merusak kaum muda.
Melalui sidang pengadilan, Socrates dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan (dakwaan) telah merusak kaum muda. Tuduhan ini sebenarnya bisa dengan mudah dipatahkan oleh Socrates. Ia juga bisa melarikan lari dari penjara dengan bantuan para sahabatnya. Namun, demi menunjukkan komitmen dan kepatuhannya pada hukum, Socrates mengalah dengan menerima vonis yang tak adil itu. Ia menjalani hukuman mati dengan cara meminum racun ––  ia pun wafat dalam usia 71 tahun.
Socrates menghadapi maut dengan tenang. Keegarannya dalam menghadapi kematian dilukiskan dengan estetis oleh sang murid, Plato, dalam karyanya yang berjudul Phaedo. Berpulangnya Socrates akibat ketidakadilan pengadilan menjadi peristiwa peradilan yang sangat bersejarah dalam dunia filsafat dan umum masyarakat Barat. Kematian Socrates yang tragis juga tampaknya disesali tidak hanya oleh para filsuf dan cendekiawan yang hidup sezaman dan beberapa tahun sesudahnya, melainkan juga yang hidup berabad-abad setelahnya.
Warisan Socrates yang paling penting adalah metode berfilsafat dengan mengejar definisi absolut mengenai permasalahan melalui sebuah dialektika. Pengejaran hakikat pengetahuan melalui pola bernalar secara dialektis menjadi pembuka (rintisan)  jalan bagi para filsuf selanjutnya. Kontribusi Socrates lainnya adalah perubahan cara berfilsafat dari fokus memikirkan alam semesta menjadi fokus pada manusia. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya tersisih oleh mainstream menjadikan alam semesta sebagai objek utama. 



Sumber: Desain Zamroni (diolah dari jagokata.com)

No comments:

Post a Comment